Sains itu serupa bersama seni – Hadiah Nobel Tak Dapat Ditargetkan Sejak Awal

Pengumuman lemari asam Professor Ryoji Noyori (63 th, Nagoya University) juga sebagai salah satu peraih hadiah Nobel kimia mengambil kebanggaan tersendiri bagi pemerintah Jepang & masyarakatnya. Ini berarti, 2 thn berturut-turut ilmuwan Jepang sukses mendapati hadiah Nobel. Noyori yakni orang Jepang ke-7 yg menerima hadiah Nobel bagian ilmu wawasan (Fisika/Kimia/Biologi/Kedokteran).

Hadiah Nobel senantiasa disangkutpautkan dgn level & kebolehan sains sebuah negeri. Jepang tidak jarang dikenal yang merupakan negeri berteknologi tinggi. Beberapa Barang elektronika ialah buatan Sony, Toshiba, pula Fujitsu, seterusnya banyak mobil buatan Toyota, Nissan & Mistubishi pula pass merasuk ke penjuru pasaran dunia. Tapi Jepang terasa kurang dalam perihal orijinalitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ini bisa pula diliat dari sedikitnya jumlah penerima hadiah Nobel asal Jepang sewaktu ini.

Tak heran pemerintah Jepang, mau membuang jauh image negatif berkaitan keadaan ipteknya. Th dulu, dalam renstra Ilmu Pengetahuan dan Teknologi step kedua, Council for Science and Technology (CST) Jepang sudah menetapkan target 30 hadiah Nobel dalam dalam waktu 50 th ke depan. Ini berarti minimal dalam 2 thn, mesti ada satu peraih hadiah Nobel dari Jepang. Target pemerintah Jepang ini memang lah bagi orang awam, mudah sekali utk dimengerti. Penilaian atas kesuksesan atau kegagalan proyek tersebut serta gampang dilakukan.

Tapi di sudut lain, ada factor yg dikhawatirkan oleh sekian banyak kalangan peneliti. Professor Hideki Shirakawa peraih hadiah Nobel Kimia th 2000, yg pula jadi anggota CST ikut khawatir. Sebaiknya kita janganlah terlampaui terpaku kepada satu buah angka, tandasnya. Walau di lain pihak, beliau sendiri ikut merasa gembira atas keinginan pemerintahnya utk memperbaiki lingkungan riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, demi tercapainya target.

Kritik Pedas

Pada target fume hood pemerintah Jepang tersebut, Noyori pula ikut mengkritik lebih pedas. Penetapan target 30 peraih hadiah Nobel tersebut, justru dikhawatirkan mengesampingkan makna dari penelitian itu sendiri. Aku rasa pemerintah thoughtless (kurang berpikir) dalam faktor ini, jelasnya bersama pedas. Saat dikabarkan bahwa dirinya ialah jawara hadiah Nobel Kimia 2001, Noyori sendiri merasa bergembira. Itu berarti pihak Royal Science Academi sudah menilai bahwa penelitian yg sudah aku laksanakan memang lah memberikan makna, jelasnya mantap. Tetapi begitu, Noyori menandaskan bahwa mendapati hadiah Nobel tak mampu disamakan bersama memperoleh medali emas dalam satu buah olahraga. tak ada aturan yg baku, maka seluruhnya orang dapat dgn gampang mentargetkannya dari awal.

Menurut Noyori, sains ialah serupa dgn seni. Yg terpenting yakni dengan cara apa ilmuwan mampu mengerahkan tenaganya utk satu buah riset yg disenanginya, kata Noyori sambil menuturkan prinsipnya dalam riset. Sebaiknya kita tak usah terlampaui memikirkan target hadiah Nobel. & bagi pemerintah, tak butuh terpaku kepada jumlah penerimaan hadiah Nobel. Yg mesti dilakukan pemerintah waktu ini merupakan dengan cara apa pemerintah menciptakan keadaan lingkungan meneliti yg nyaman bagi para ilmuwan.

Kemudian waktu ditanya mengenai fungsi kampus, Noyori kembali menegaskan bahwa kampus bertugas penuh juga sebagai Instansi pendidikan & Instansi sains. Menurut Noyori, kebijakan pemerintah buat jadi kampus yang merupakan supporter industri yaitu keliru. Keadaan industri Jepang yg lemah waktu ini, lantaran oleh lemahnya keadaan riset di dalam industri itu sendiri.

Wawancara terbuka bersama Professor Noyori dilaksanakan di kantor Chemical Society of Japan (CSJ). Peraih hadiah Nobel kimia ini sudah ditetapkan utk menjabat sbg presiden CSJ musim akan datang. Walaupun khawatir dapat kesibukannya di CSJ, tetapi bagi Noyori yg terpenting yaitu penelitian, & yg ke-2 yaitu pendidikan. Beliau tidak akan mengubahnya, walaupun kesibukannya dapat tetap bertambah.