Katalis baru bagi pembuangan diesel

f:id:saipulallah:20150429155918j:plain

Para peneliti di Amerika Serikat sudah menunjukkan bahwa lemari asam dan fungsinya perovskites – sebuah kelas campuran mineral oksida – mampu bekerja sebaik platinum terhadap type tertentu dari pengubah katalitis dalam memindahkan polutan dari pembuangan diesel. Temuan ini terhadap hasilnya akan membuahkan pengubah katalitis yg murah & lebih sempurna bagi mesin diesel yg tak bergantung terhadap group metal platinum yg mahal & jarang.

Pembuangan kendaraan bermotor yaitu pengotor penting

Salah satu lemari asam murah polutan penting yg butuh utuk dipindahkan dari pembuangan kendaraan bermotor merupakan percampuran NO & NO2, kemudian dinamakan yang merupakan NOx, yg mana sanggup diubah jadi kurang berbahaya dgn mengurangi gasnya jadi nitrogen. Tapi sebab mesin diesel bekerja 'condong' – artinya adanya kelebihan oksigen terhadap campuran bahan bakarnya – lingkungan yg tajir bakal oksigen menciptakan langkah pengurangannya ini jadi susah. Salah satu solusi yakni perangkap kecenderungan nitrogen. Disini, NO dioksidasikan dengan cara katalitis jadi NO2, di mana setelah itu digabungkan dengan cara kimiawi dgn sebuah alkali atau komponen alkalin bumi guna menempa metal nitrat & nitrit. Sekali system daya simpan disturasikan sehingga mesin mengubah jadi bahan bakar yg bisa terbakar, mengizinkan persenyawaan nitrogen dikurangi oleh hidrokarbon dari bahan bakar, dgn menempa gas nitrogen yg nantinya dikelurakan.

Oksidasi NO jadi NO2 memerlukan satu buah kalatis grup metal platinum, seperti apa yg dilakukan bahan bakar yg diperkaya bersama siklus reduksi, di mana hidrokarbon dioksidasikan guna menghilangkan oksigen dari pembuangan utk mengijinkan langkah pengurangan. Sekian Banyak metal tersebut, bagaimanapun, benar benar mahal & jarang. kini, satu buah tim para ilmuwan kepada General Motors Global Research and Development di Michigan sudah menunjukkan bahwa sekian banyak katalis yg berbasis perovskite mengoksidasi La1-X SrXCoO3 & La1-xSrxMnO3 sanggup mengubah NO jadi NO2 terhadap simulasi pembuangan diesel yg mana sama efisiennya dgn platinum. Oksidasi tersebut, kata anggota tim merupakan Wei Li, benar benar sederhana utk diproduksi & diproses pun jauh lebih murah & lebih tahan lama kepada kondisi panas ketimbang platinum.

Katalis baru ini kurang efisien terhadap pengoksidasian hidrokarbon & rawan pada 'keracunan sulfur' – deaktifasian oleh keberadaan sulfur kepada bahan bakarnya. Bagaimanapun pula, tim peneliti ini menemukan bahwa keberadaan palladium menopang mengatasi permasalahan tersebut.

Li menyampaikan bahwa tim ini sedang bekerja buat mengklarifikasikan dengan cara cocok macam mana katalis bekerja, & sementara diwaktu dapat memelajari kinerjanya terhadap pembuangan diesel yg sesungguhnya.

Justin Hargreaves, satu orang ahli katalis dari University of Glasgow di Inggris, memaparkan penelitian ini juga sebagai 'suatu tugas yg menarik.' Hargreaves melanjutkan bahwa, 'Penelitian menyangkut katalis perovskite yg dipelajari menunjukkan aktifitas yg lebih tinggi dari terhadap platinum komersial berbasis katalis di bawah keadaan signifikan dengan cara istechnologis screening sebenarnya, seperti penerapan system perovskite yg digabungkan dgn palladium buat katalis perangakap kecondongan NOx.'